Yang Menjadi Saksi: Kosong

Mungkin kadang-kadang Tuhan bosan merancang
Mencipta sejarah ini-itu agar jadi cikal bakal
Ya, Selalu, dengan kuasanya dibuat otak kita seperti kacang
Ada kalanya mungkin Ia istirahat
Dalam tiap materi hitam juga rahasia-rahasianya.

Kita hidup untuk menghidupi isi
Tanpa isi, tak akan ada panggung mewah
Tentang sandiwara, manipulasi dan kehebatan cinta
Saat kita manusia tidak ada, cerita juga tidak akan ada.

Aku, sebagai peran yang mengimitasi ciptaan
Baru merasa hidup setelah kamar mandi dan rokok sebatang
Sensitifitas dan tajamnya nalar jadi senjata utama
Walau kadang alat jadi impresi, sebenarnya tidak juga.

Hidup dibawah ketakutan memberi kekuatan
Hidup dalam banyaknya batas memberi perlawanan
Hidup dalam keputusasaan melahirkan harapan

Jadi terkadang, hidup disini memang paling enak menyaksikan
Karena semua drama dunia menjadi bahan-bahan kita
Seolah tak peduli, diam-diam berdiskusi dan mengumpulkan fakta
Banyak tanda-tanda yang tak berima
Tapi otak lemah lama-lama malah jadi prima

Tak ada jalan lain selain sepi
Saat sepi datang, itulah waktu kau memberi tanda
Seolah ingin berkomunikasi lagi
Namun kali ini, sudah banyak referensi
Kau tak ingin berkomitmen lagi.

Enggan kembali bertanya,
Yang nyata hanya ruang kosong itu lagi
Memang sudah saatnya bagi aku
Kembali pada bentuk hakiki seorang aku

Tuhan kini menyentuh sukma
Sampai-sampai pusing tujuh dimensi
Terjerembap aku dalam sebuah warung
Dimana aku kembali berdiskusi untuk lanjut bertarung.

Menghargai ruang kosong itu lagi.
Tetaplah bermain dalam ruang kosong itu lagi.
Rancanglah komposisi indah dalam ruang kosong itu lagi.
Apapun pesanmu, rangkailah dengan tujuan lagi.
Jangan sampai tak ada ruang kosong.
Berilah dirimu sedikit ruang kosong untuk berpikir.